Rabu, 18 Mei 2011

Modul 8 Patologi dan Gangguan Metabolisme II

Selamat datang di modul 8. Pada modul ini kita akan membahas tentang gangguan metabolism mineral, baik makro mineral maupun mikromineral. Pada mineral makro kita lebih menitik beratkan pada topik Osteoporosis. Dimana angka kejadian osteoporosis ini cukup tinggi. Osteoporosis merupakan dampak/akibat kekurangan konsumsi kalsium dan phospat.
Pada mineral mikro kita lebih menitik beratkan pada mineral Fe dan Iodium. Pemilihan topic ini disebabkan karena defisiensi Fe dan Iodium merupakan masalah gizi di Indonesia yaitu anemia gizi besi akibat dari kekurangan asupan Fe dan GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) akibat dari kekurangan asupan iodium.
Untuk lebih jelasnya materi ini anda dapat melihat pada kegiatan belajar
1. Gangguan metabolisme Makromineral Ca dan Phospor (Osteoporosis)
2. Gangguan metabolisme Mikromineral Fe (Anemia Gizi Besi) dan Gangguan metabolisme Mikromineral Iodium (GAKI/Gangguan Akibat Kekurangan Iodium)



KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
Gangguan Metabolisme Makromineral Ca dan Phospor
OSTEOPOROSIS


Pengertian

Osteoporosis didefinisikan sebagai penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan penurunan massa tulang dan perubahan mikroarsitektural jaringan tulang yang mengakibatkan peningkatan fragilitas dan risiko terjadinya fraktur. Sedangkan menurut Konferensi Konsensus United States National Institutes of Health (2000) osteoporosis sebagai penyakit metabolik tulang yang ditandai dengan penurunan kekuatan tulang pada orang tertentu yang akan meningkatkan risiko terjadinya fraktur.Kekuatan tulang ini mencakup kesatuan dari densitas dan kualitas tulang.

Osteoporosis merupakan keadaan terdapat pengurangan jaringan tulang perunit volume sehingga tidak mampu lagi melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma minima.Pengurangan massa tulang tersebut tidak disertai dengan adanya perubahan perbandingan antara substansi mineral dan organik tulang. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria). Juga persediaan vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan memasukkan ke dalam tulang.

Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.

Patogenesis

Mekanisme yang mendasari dalam semua kasus osteoporosis adalah ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia 40 tahun, pada wanita lebih cepat yaitu sekitar 30 sampai 35 tahun. Meskipun demikian tulang selalu mengadakan remodelling dan memperbarui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur pembentuk dan resorpsi tulang dilaksanakan melalui dua proses yang selalu berada dalam keadaan seimbang dan disebut coupling. Setelah massa tulang mencapai puncak, tulang akan mengalami proses penipisan pada korteks sebesar 0,3 sampai 0,5 persen pertahun dan penipisan trabekula pada usia muda. Pada pria seusia menopause massa tulang akan menurun sekitar 20 sampai 30 persen sedang pada wanita menopause sebesar 40 sampai 50 persen.

Proses remodelling dipengaruhi oleh protein tulang yang merangsang osteoblast, faktor hormonal, dan pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat. Proses remodelling ditingkatkan oleh hormon paratiroid, growth hormone, dan kalsitriol. Sedangkan yang menghambat remodelling adalah kalsitonin, estrogen, dan glukokortikoid.

Bone Remodelling Process

Keadaan normal tulang akan terjadi proses yang terjadi secara terus menerus dan seimbang yaitu proses remodelling dan resorpsi. Setiap perubahan dalam keseimbangan, misal proses resorpsi lebih besar dari remodelling maka akan terjadi pengurangan massa tulang, hal ini yang kita jumpai pada osteoporosis.Sewaktu masa pertumbuhan tulang sesudah epifisis menutup, Pertumbuhan tulang secara longitudinal akan berhenti dan pada saat ini pertumbuhan tulang akan sampai pada periode yang disebut periode konsolidasi. Periode ini terjadi proses penambahan kepadatan tulang atau penurunan porositas tulang pada bagian korteks. Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia kurang lebih antara 30 sampai 35 tahun untuk tulang bagian korteks dan mungkin keadaan serupa akan terjadi lebih dini pada tulang bagian trabekula. 

Sesudah manusia mencapai umur antara 40 sampai 45 tahun, baik wanita maupun pria akan mengalami proses penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3 sampai 0,5 persen setiap tahun, sedangkan tulang bagian trabekula akan mengalami proses serupa pada usia lebih muda. Pada wanita, proses berkurangnya massa tulang tersebut awalnya sama dengan pria, akan tetapi pada wanita sesudah menopause, proses ini akan berlangsung lebih cepat. Pada pria seusia wanita menopause, massa tulang akan menurun berkisar antara 20 sampai 30 persen, sedang pada wanita penurunan massa tulang berkisar antara 40 sampai 50 persen. Pengurangan massa tulang ini di berbagai bagian tubuh ternyata tidak sama. Dengan teknik pemeriksaan tertentu dapat dibuktikan bahwa penurunan massa tulang tersebut lebih cepat terjadi pada bagian-bagian tubuh seperti berikut : metakarpal, kolum femoris serta korpus vertebra, sedang pada bagian tubuh yang lain misalnya tulang paha bagian tengah, tibia dan panggul, mengalami proses tersebut secara lambat.

Pada osteoporosis, terjadi proses pengurangan massa tulang dengan mengikuti pola yang sama dan berakhir dengan terjadinya penipisan bagian korteks serta pelebaran lumen, sehingga secara anatomis tulang tersebut tampak normal. Titik kritis proses ini akan tercapai apabila massa tulang yang hilang tersebut sudah sedemikian berat sehingga tulang yang bersangkutan sangat peka terhadap trauma mekanis dan akan mengakibatkan terjadinya fraktur. Saat-saat inilah merupakan masalah bagi para klinisi. Bagian-bagian tubuh yang sering mengalami fraktur pada kasus osteoporosis adalah : vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal.

Epidemiologi

Osteoporosis tersebar diseluruh dunia dan prevalensinya terdapat pada 200 juta wanita diseluruh dunia dan sekitar sepertiga diantaranya berusia antara 60 sampai 70 tahun. Di Amerika serikat osteoporosis menyerang 20 sampai 25 juta penduduk,satu diantara 2 sampai 3 wanita postmenopause dan lebih dari 50 persen penduduk diatas 75 sampai 80 tahun menderita osteoporosis. Pada pasien tersebut 1,5 juta mengalami fraktur tulang femur bagian proksimal sebanyak 50.000 pasien dan fraktur vertebra sebanyak 500.000 pasien. Sedangkan terbanyak adalah fraktur panggul dan menimbulkan kematian sebanyak 10 sampai 15 persen. Sekitar 20 sampai 25 persen wanita usia diatas 50 tahun mengalami satu atau lebih fraktur vertebra, misalnya di United States 25 persen, Australia 20 persen, Western Europe 19 persen, Denmark 21 persen, Scandinavia 26 persen. Persentase yang besar di Scandinavia diakibatkan karena sinar matahari yang lebih jarang dijumpai di negara tersebut. 

Klasifikasi

Osteoporosis primer : Osteoporosis primer sering menyerang wanita paska menopause dan juga pada pria usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui.
Osteoporosis sekunder. Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :
• Cushing's disease
• Hyperthyroidism
• Hyperparathyroidism
• Hypogonadism
• Kelainan hepar
• Kegagalan ginjal kronis
• Kurang gerak
• Kebiasaan minum alkohol
• Pemakai obat-obatan/corticosteroid
• Kelebihan kafein
• Merokok

Penyebab

Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51 sampai 75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.

Kurang dari 5 persen penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.

Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

Gejala

Kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis), sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Beberapa penderita tidak memiliki gejala. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit.
Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.



Diagnosa

Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya yang bisa diatasi, yang bisa menyebabkan osteoporosis.Untuk mendiagnosis osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Pemeriksaan yang paling akurat adalah DXA (dual-energy x ray absorptiometry). Pemeriksaan ini aman dan tidak menimbulkan nyeri, bisa dilakukan dalam waktu 5 sampai 15 menit. DXA sangat berguna untuk: wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis, penderita yang diagnosisnya belum pasti dan penderita yang hasil pengobatannya harus dinilai secara akurat.

Pengobatan

Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi.Wanita paska menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.
Alendronat berfungsi:
• mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca menopause
• meningkatakan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul
• mengurangi angka kejadian patah tulang.

Supaya diserap dengan baik, alendronat harus diminum dengan segelas penuh air pada pagi hari dan dalam waktu 30 menit sesudahnya tidak boleh makan atau minum yang lain. Alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian atas, sehingga setelah meminumnya tidak boleh berbaring, minimal selama 30 menit sesudahnya. Obat ini tidak boleh diberikan kepada orang yang memiliki kesulitan menelan atau penyakit kerongkongan dan lambung tertentu.

Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau semprot hidung.Tambahan fluorida bisa meningkatkan kepadatan tulang. Tetapi tulang bisa mengalami kelainan dan menjadi rapuh, sehingga pemakaiannya tidak dianjurkan.

Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.

Pencegahan

Pencegahan osteoporosi meliputi:
1. Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup
2. Melakukan olah raga dengan beban
3. Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu).

Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Akan tetapi tablet kalsium dan susu yang dikonsumsi setiap hari akhir - akhir ini menjadi perdebatan sebagai pemicu terjadi osteoporosis, berhubungan dengan teori osteoblast. Olah raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.

Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4 sampai 6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi risiko patah tulang. Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim. Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar